Speaker JBL memiliki sejumlah serie, antara lain serie EON yang kami uji bulan silam. Serie EON ini sudah lama populer di Indonesia – speaker EON adalah speaker portable aktif pertama yang masuk ke pasar Indonesia dalam fashion kabinet plastik (polypropylene) berwarna hitam doft. Setelah itu sekitar 3 tahun baru masuk speaker portable kompetitor dalam berbagai brand baru – mengikuti fashion JBL. Sekarang terdapat puluhan brand dari speaker portable aktif yang dijajakan di pasar elektronik Indonesia.
Tim APRO
Kami berkesempatan menguji tiga model speaker JBL EON 700 series, yakni model EON 710 (woofer 10”), EON 712 (woofer 12”), EON 715 (woofer 15”) dan komplimentarinya subwoofer EON 718S (woofer 18”). Dengan ditemani oleh rekan Ronaldy Wianto dan David Liem – kami bertiga menjalankan uji coba perangkat buatan JBL ini di lab IMS.
JBL Pro Connect
Dalam menguji coba kali ini, kami menggunakan mixer Soundcraft Signature 10 (9 kanal) dan aplikasi (software) JBL Pro Connect yang kami simpan di iPad, Dengan adanya JBL Pro Connect maka hubungan antara speaker kian lancar dan hubungan mixer dan speaker juga kian lancar. Sebab pada beberapa model speaker keluaran JBL – sebut saja EON 700, PRX-1, EON One Mk2, dan PRX-900, semua kompatibel dengan aplikasi “JBL Pro Connect”.

Apa saja yang dapat dikontrol oleh “JBL Pro Connect”? Inilah : Delay, Equalizer, HPF tapis bidang atas, LPF tapis bidang bawah, anti feed back, level, dan ducking. Anti Feed Back menggunakan teknologi AFS (Advance Feedback Supression) yang bekerja secara otomatis menelusuri seluruh bidang frekuensi audible. Bila ada kurva frekuensi yang mecuat, maka AFS bekerja seketika itu juga.memberi tapis notch untuk meredamnya. Dalam satu FB terkadang perlu 3 atau 4 penapis notch.
Melalui koneksi Bluetooth terjalin komunikasi antara speaker dengan iPad. Selain itu melalui hubungan kabel analog (XLR) terhubung antara iPad- Mixer-speaker. Kapasitas JBL Pro Connect mampu menangani hingga 10 speaker.
Panel Control
Pengaturan parameter, selain melalui iPad juga dapat dilakukan melalui panel control yang ada di belakang kabinet speaker. Sejumlah fungsi ada pada panel ini yakni, jendela peraga untuk pengaturan: delay, EQ, HPF, LPF, anti feed back, pengaturan level dan ducking. Pengaturan ducking hanya untuk koneksi via Bluetooth 5.0 – yang akan mereduksi level musik ketika masuk ucapan pembicara. EQ terbagi dalam 8 mode: speech, flat, DJ, café, Ktv, monitor, on-wall, dan custom. Pengaturan lain adalah Level suara ch 1, level ch 2, Pass Thru, serta indikasi clip ch 1 / ch 2.

Adapun speaker aktif EON 710, EON 712, dan EON 715 memiliki panel control dan amplifier built-in yang sama dengan daya sembur 1300 Watts. Juga tweeter corong yang sama. Perbedaan terletak pada diameter woofer 10”, 12”, dan 15”. Sebagai komplimentari dipakai subwoofer JBL EON 718S yang memiliki driver berdiameter 18”. Pada panel belakang terdapat pengaturan untuk DSP; parametric EQ, pembalik kutub, delay speaker, dan built-in mixer digital 2 kanal. Daya keluaran 1500 Watts (puncak) / 750 Watts RMS.
Sound Test
Kami melakukan uji dengar di lab JBL ditemani Ronaldy dan David. Di dalam ruang semi anechoic – kami lakukan pengujian dengan posisi EQ “flat” dan delay “0” untuk ketiga speaker JBL EON 710, EON 712, dan EON 715. Pertama kami uji JBL EON 710 (10”, 2 jalur) dengan menggunakan mic untuk vokal tersimak artikulasi cukup bagus dan lantang.

Kalau kami pasang mode “speech” maka vokal kian maju kemuka dan semakin dominan spektrumnya ke arah tengah (mid band). Semula kami menguji tanpa subwoofer. Untuk musik kami menggunakan musik streaming via handphone yang terkoneksi via Bluetooth.
Sejumlah lagu kami pilih antara lain Eagle: “Hotel California” (ini lagu wajib di kebanyakan demo produk) untuk vokal pria dan Celline Dion: “Because You Love Me” untuk vokal wanita.
EON 712 & EON 715
Hasilnya cukup memuaskan. Bagaimana untuk driver yang lebih besar? Kami uji pula EON 712 dan EON 715. Untuk EON 712 dengan driver 12”. Tersimak tonal balans mid dan high tidak berobah, hanya bagian low bertambah deep. Kami uji pula bagian mid dan high dari EON 712 dan kami didapati tonal balans mid dan high yang mirip dengan EON 710 . Begitupun kami bandingkan dengan EON 715 dengan driver 15” bagian mid highnya memiliki tonal balans yang mirip. Perbedaan sekali lagi pada bagian bass yang semakin berat.

Kami menguji pula direktiviti atau penyebaran suara dalam simpangan horizontal. Dalam cakupan 90 derajad (kiri 45 derajad dan kanan 45 derajad), tonal balans tidak berubah banyak. Melewati batasan tersebut, tonal balans drop di nada tinggi. Ada fasilitas AFS (Advance Feedback Supression) yakni anti denging akibat umpan balik. Kami posisikan mic mengarah ke frontal speaker sehingga terjadi denging – lalu AFS langsung bekerja menelusuri bidang frekuensi – pada bagian yang mencuat akan diberi penapis notch yang berbidang sempit.

Ternyata ada 4 bagian yang mencuat berarti ada 4 penapis notch terpasang otomatis. Oleh karena penapis notch berbidang sempit, maka reproduksi voice atau music tidak mengalami pewarnaan yang nyata. Kemudian uji dengar ini kami libatkan subwoofer EON 718s. Tersimak musik lebih empuk karena bass bertambah. Untuk pidato sebaiknya tidak menggunakan subwoofer karena reproduksi suara akan “badabas” yang akan menyelimuti vokal dengan bass sehingga mengurangi detail artikulasi. Tetapi untuk musik diperlukan subwoofer untuk menambah lebar spektrum suara sehingga suara lebh “hi-fi” (high fidelity).
