Pada tanggal 13 September 2025 di Istora Senayan di gelar Festival Musik JBL yang tidak lain dari perpaduan teknik audio dan pagelaran musik pop.
By Tim APRO
Sehari sebelum Festival JBL ini digelar, dibuka seminar tentang speaker Line Array seri SRX dan seri VTX yang dibawakan oleh David Albeta dari IMS Jakarta dan Herman Suparman dari Harman Group Singapura khusus untuk penata suara rental. Dalam pagelaran Festival Musik JBL juga dibuka booth untuk pameran headphone AKG, speaker portable semi pro JBL, dan lighting Martin.

Perangkat Yang Dipakai
Berikut adalah perangkat yang dipakai untuk pagelaran indoor Istora Senayan :
- Mixer Utama : Avid Venue S6L-24C
- Mixer Tambahan : Midas Heritage HD 96-24
- Lighting Control : Grandma MA-3
- Amplifier : Crown Itech HD 785 (30 unit)
- Loudspeaker : Line Array utama JBL VTX A12 (28 unit)
- Line Array side fill JBL VTX A8 (12 unit)
- Line Array front fill JBL VTX A8 (6 unit)
- Subwoofer : JBL B28 (18 unit)

Menurut Ivan yang bertanggung jawab untuk mixer utama, bahwa mixer dan personal berasal dari BDS (Berkat DigiPro Solusi). Sedang mixer Midas Heritage khusus Slank ditangani oleh Heru dari rental Daria Pro. Control Lighting GrandMa MA-3 berasal dari rental NextPro dibawah kendali Johan dibantu Wanto. Ini di luar perangkat laptop yang berfungsi sebagai pemilih dari file audio / video / lighting – sehingga kalau sedang beroperasi nampaknya seperti ruang kendali roket NASA yang dipenuhi oleh puluhan layar LCD, semua dikoordinir oleh Ayang.




Bergetar Lantai Istora
Kami masuk venue Istora ketika Ari Lasso memulai pagelarannya. Ari dikenal sebagai audiophile yang kritis terhadap kualitas suara. Makanya tim penata suara harus ekstra cermat. Ari membuka pertunjukan dengan “Mengejar Matahari”. Ada sejumlah nomor beken Ari yang turut digelar antara lain, “Hampa”, “Kamulah Satu Satunya” dan banyak lagi. Kami duduk bersebelahan dari FOH yang langsung menghadap line array utama. Posisi Line Array ditata oleh Herman Suparman secara cermat sedemikian rupa – semisal unit speaker paling atas sedikit diturunkan treble nya dan ketinggian tandan jangan terlalu dekat ke plafon. Untuk ke 18 subwoofer yang berada di lantai, ditata jarak antar unit tidak lebih dari 2.5 meter untuk menghindari efek rolling akibat anti phase. Hasilnya bagus.


Gebukan bass drum menggetarkan lantai undak Istora! Speaker JBL dikenal sebagai reproduksi bass yang membahana solid. Dalam pertunjukan Ari Lasso, kami menyimak tidak terjadi bass rolling yang menggulung akibat pantulan yang berbeda phase. Kami simak pula tonal balance bagus, artikulasi vokal penyanyi jelas dan repro treble tidak “nyelekit”.

Berkarakter Bright
Kemudian giliran Slank masuk panggung menggantikan Ari. Untuk itu perlu ganti mixer ke Midas Heritage HD 96-24. Beberapa lagu Slank pernah top hit dimainkan seperti; “Balikin”, “Ku Tak Bisa”, dan “Kamu Harus Pulang”. Karakter audionya berbeda terkesan lebih bright, sedikit terjadi feed back karena Kaka bernyanyi lincah bergerak kesana kemari. Tapi semua under control , bass tetap menggetarkan lantai dan penonton turut bergoyang lincah.


Terakhir giliran Whisnu Santika, dikenal sebagai produser rekaman dan DJ berkebangsaan Indonesia tapi sering berdomisili di Amerika. Kali ini Festival Musik JBL turut menyertakan DJ untuk membuktikan bahwa JBL mampu mereproduksi gebukan bass, semprotan mid dan gemerincing treble yang membahana, cocok untuk club. Whisnu mampu menghipnotis pengunjung turut berjingkrak selama satu jam lebih yang dimeriahkan oleh permainan lighting beam, profile, wash, strobe, impression bar, blinder dan efek fire dan smoke dari perangkat Martin dan Light Sky. Sayangnya file audio yang di tayangkan tidak bagus, vokal distorsi (sember) juga bunyi instrument musiknya distorsi. Ini bukan karena perangkat JBL melainkan sourcenya yang distorsi.

