Baru kali ini ada perusahaan yang bergerak di bidang audio menggelar musik festival di Istora Senayan. Adalah PT. Inti Mega Swara (disingkat IMS distributor JBL) yang punya hajatan tepatnya pada tanggal 28 Oktober silam. Acara ini diramaikan oleh grup Christie, Ungu, Pamungkas, Cokelat, dan Dewa (bersama Ari Lasso dan Marcello Tahitoe).
Tim APRO
Pasca covid para penikmat musik menginginkan pagelaran musik yang dibawakan oleh musisi baru juga musisi legendaris. Istora Senayan pilihan tepat karena volumenya medium, tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, mampu menampung 7200 pengunjung duduk atau sekitar 15.000 pengunjung termasuk berdiri (festival)
Peran JBL
Khusus untuk speaker panggung termasuk line array, fill in, monitor dan subwoofer semua produk JBL. Untuk power amplifier dipakai produk Crown, perlu diingat baik JBL dan Crown berada dalam satu head company bernama Harman Groups.
Berikut ini adalah tabel perangkat sound system (di luar mixer dan asesoris) yang digunakan untuk pagelaran JBL FESTIVAL 2023:
- Speaker Line Array : JBL VTX A12 (FOH : 16 unit per sisi)
JBL VTX A12 (Side fill : 6 unit per sisi)
Semua berjumlah 44 unit - Speaker Front Fill : JBL VTX A8 (12 unit)
- Subwoofer : JBL VTX G28 (24 unit)
- Monitor Panggung : JBL SRX 915 (9 unit)
- Stage Fill : JBL BRX325SP (2 unit)
- Line Array Groundstack : JBL BRX300 (4 unit)
- Amplifier : Crown Itech 4X3500 (42 unit)


Empat Parameter
Sebuah pagelaran belumlah lengkap bila tidak menyertakan 4 parameter, yakni: sound, lighting, display, dan broadcast. Tidak seperti sebelum tahun milenial yang hanya mengutamakan sound dan lighting. Setiap parameter ini dipegang oleh enjiner dari perusahaan yang berbeda. Kali ini bagian sound merangkap master dipegang oleh Joe yang menangani mixer Digico SD-8.



Tetapi grup musisi lain ada yang punya mixer sendiri – seperti Dewa pakai mixer Yamaha CL5 ES-3 dan Pamungkas mixer Waves eMotion LV1.


Sedang untuk Lighting dipegang oleh Yoni Wijaya yang menangani Grand MA 3. Khusus Display dipegang oleh Hendri Adrian bersama Rian menangani perangkat Magnimage MIG EC90 Pro. Terakhir untuk Broadcast ditangani oleh Bobby dengan perangkat controler Optic PKC3000.
Nah keempat parameter ini harus bekerja secara sinkron dan sudah siapkan materi dalam bentuk file yang harus ditayangkan.



Resume
Kali ini kami hanya bahas mengenai kualitas suara yang direproduksi oleh perangkat tata suara JBL. Sebelum acara dimulai (ketika gladi resik), kami menyimak kondisi suara yang didominasi oleh gebukan bass yang mantap dan empuk. Kami merasa SPL bass terlalu over dibanding mid dan high (tonal balance tidak tercapai). Namun ketika acara berlangsung dan penonton sudah memenuhi tempat duduk dan lahan festival (berdiri) maka tonal balance tercapai karena sebagian SPL bass yang diproduk oleh subwoofer yang ditaruh di lantai diserap oleh tubuh penonton yang berada di lahan festival.
Sempat kami mengirim WA ke bung Joe si penata mixer utama agar SPL sedikit diturunkan, karena dalam kondisi SPL demikian besar maka clarity suara tidak tercapai (pada sesi Cokelat). Kebetulan kami duduk di ketinggian sekitar 6 m dari lantai dan berada sedikit ke kiri dari posisi tengah. Mungkin karena pengaruh akustik, ketika Marcello dari Dewa tarik suara pada lafal “U” tersimak terjadi resonansi yang cukup mengganggu. Faktor resonansi ini dapat dilihat di spektrum freq dan dapat diatasi dengan menurunkan level frekuensi tersebut. Tapi secara keseluruhan tata suara selama pagelaran berjalan baik dan penonton cukup puas dengan pagelaran ini.
Usulan
Mungkin sudah menjadi habit pagelaran di Indonesia, SPL (tekanan suara) harus tinggi sehingga mengorbankan kualitas suara. Kami usulkan di kedepannya agar sebaiknya SPL dibuat cukup saja tidak perlu maksimal sehingga clarity instrument musik dan artikulasi penyanyi tersimak dengan baik.